Minggu, 03 Februari 2013

Kompetensi Kepribadian Guru :Memiliki Kepribadian Yang Berwibawa ;“Jangan Remehkan Siswa...!’



 




Sesungguhhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, Maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha mendengar lagi Maha melihat. QS Al Mukmin :56



Indikator esensial  ;seorang guru memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.
 
Kami sering jengkel dengan perilakunya kank...!,habis mereka menganggap kami bukan anak orang kaya,yang sekolah pakai SKTM lah,sekolah tidak bayar lah ,padahal ketika sekolah ini sepakat menerima kami semestinya keberadaan kami diakui  dan kami patut dihargai sebagaimana siswa lainnya. Jadi buat apa kami menghormati guru seperti itu.....”,keluhan siswa SMA kepada saya .


Tidak hanya siswa ,saya pikir guru bersangkutan pun jika diremehkan sedemikian oleh pihak otoritas pasti jengkel,kecewa ,marah dan merasa terhina,sementara kadang dengan pihak otoritas tidak memiliki keberdayaan untuk melawan,dapat dipastikan makin memperkeruh suasana hati. Dan sikap yang diambil mungkin sama  seperti siswa yang tak dihargai .. “ buat apa menghormati orang  seperti tidak menghargai orang lain...!”. Bisa jadi juga memicu dendam yang berkepanjangan,karena sulit memaafkan. Apalagi  peserta didik yang semestinya mendapatkan kasih sayang dan dihargai.  

Guru yang memiliki perilaku tidak bisa menghargai siswa sesungguhnya guru yang memiliki persoalan dalam dinamika psikologi kepribadiannya yakni konsep diri yang salah,menganggap dengan meremahkan orang lain,peserta didik dirinya akan ditakuti padahal justru sebaliknya. Bisa jadi guru bersangkutan memiliki rasa kurang percaya diri terhadap kondisinya sehingga menggunakan mekanisme kompensasi meremehkan peserta didik. Salah satu alasan nya adalah menganggap siswa adalah anak yang tidak tahu apa –apa ,”jadi perlu diberitahu tentang eksistensi dirinya”. Dan sering kali guru yang seperti ini masih menggunakan paradigma “kuno” yang bisa saja dulu dirinya pernah diberlakukan begitu (modus :trauma/balas dendam ),dulu bapak jauh lebih dari yang saat ini kamu hadapi....!”.

Memaksakan kehendak kepada peserta didik dengan metode kuno yang menyakitkan hati siswa bukan saja tidak membuat simpati melainkan malah membenci  bahkan  meremehkan guru bersangkutan .Karena sudah tentu banyak perbedaan dan perlawanan ,karena anak saat ini hidup pada zamannya bukan zaman ketika guru bersangkutan menjadi anak anak.

Beberapa reaksi peserta didik terhadap perilaku guru yang  meremehkan siswa;
·         memilih diam dan meninggalkan guru bersangkutan sebelum guru tersebut selesai bicara peserta didik menganggap tidak ada gunanya meladeni guru seperti itu.
·         Ada yang  secara terus terang melawan lantaran memang siswa bersangkutan tidak bersalah.
·         Agresif pasif artinya mencelakai gurunya dari belakang,tanpa sepengetahuan gurunya siswa melakukan /menghendaki guru tersebut mendapatkan bencana atau dicelakai.
·         Siswa  membicarakan perilaku guru bersangkutan tanpa sepengetahuannya .
·         Melaporkan kepada kepala sekolah,merekam kejadian dan  di unggah ke youtube sampai menjadi perbincangan masyarakat banyak . dsb 

Setiap anak pada dasarnya memiliki respons untuk menghargai gurunya selama guru bersangkutan dapat menghargai peserta didik dan menunjukkan perilaku yang memang patut dihargai. Agar memiliki kewibawaan seorang patut menata paradigma tentang arti pendidikan ;

1.       Seorang pendidik adalah yang mendedikasikan pemikiran,hati dan perilakunya untuk kepentingan terbaik siswa siswinya,hanya dengan menerima kondisi keberagaman siswa ,seorang guru dapat menumbuhkembangkan potensi yang tersembunyi dalam diri siswa.

2.       Terimalah saran ,perbedaan pendapat,gaya bicara dari siswa siswi anda dan tugas guru berikutnya adalah mengarahkan sesuai dengan nilai nilai universal tentang budi pekerti. Mengingat siswa saat ini tidak banyak mendapatkan pengetahuan,pengalaman,dan teladan tentang budi pekerti dari orang tuanya maupun lingkungan masyarakat.

3.       Seorang guru yang berkepribadian mantap tidak akan mencampur adukan antara persoalan pribadi dengan tugas profesi serta tidak boleh membawa perasaan tidak nyamannya ke ruang kelas .Apapun persoalannya seorang guru dituntut memiliki kendali emosi  ,dan patut di sadari bahwa siswa bukan ajang kompensasi kekecewaan.

4.       Jika memang ingin mengarahkan,memperingatkan dan membimbing siswa  gunakan cara dialog yang persuasif agar siswa dapat secara logis menerima arahan yang diberikan ,lakukan dengan sabar karena mengubah perilaku  siswa itu butuh kesabaran.

5.       Kadang pendapat siswa tidak harus diterima,atau dituruti ,mereka hanya butuh didengarkan atau dimengerti dengan demikian siswa bersangkutan sudah merasa dihargai pendapatnya.



Kuncinya sederhana: Janganlah anda berpikir bahwa dengan meremehkan peserta didik anda akan makin terhormat. Namun sebaliknya hormatilah peserta didik agar dirinya menempatkan anda pada posisi yang patut dihormati,bukankah perilaku siswa adalah cerminan perilaku  hasil didikan gurunya...!

3 komentar:

  1. Respon dari grup FB SiGi Garut

    Kang Mono Tea ;

    Masya Allah...koq masih ada guru masih punya karakter seperti ini.
    Bagi guru generasi di IKIP era tahun dibawah tahun 1990.. bagaimana posisi kita, seingat saya kita bagian dari mereka. (Ingat ketika mengajukan beasiswa SUPERSEMAR, PPA, KMI..karena kita tidak mampu)...
    Saya mengajar sudah hampir 25 tahun..saya harus berhadapan dengan peserta didik dari daerah terpencil dan terbelakang...tapi mahasiswa ini punya potensi yang tinggi... sebagai pendidik saya harus memberikan perlakuan secara khusus ini mahasiswa seperti ini..Alhamdulillah,mereka sudah berhasil... dan mereka tidak melupakan alamamter nya..dan para alumni ini, juga yang senantiasa memberikan bantuan bagi adik kelas nya yang tidak mampu...kita mendidik, bukan mengajar yang mengejar setoran...

    BalasHapus
  2. Dari Grup FB SEGI Garut

    Gunawan Kasparov :

    asli nih ceritera di atas kang Hari Santoso Motivator, kaya di sinetron aja..... klo pake contoh bukan guru bisa ga? misalnya pelatih atau apa lah.....
    20 jam yang lalu · Suka · 1

    Imam Basshori:

    memang masih ada beberapa guru yg tingkah lakunya tidak/belum memcerminkan kompetensi seorang guru, contoh saja di sekolah saya, ada seorang guru yg menggunakan bahasa daerah yang dianggap (sebenarnya kurang sopan) dan hal tersebut di perhatikan/disimak oleh anak didik. pada akhirnya anak didik akan ikut2 dgn bahasa guru tersebut. Yg akhirnya imbasnya kepada guru yg lain
    12 jam yang lalu · Suka · 1

    Sutanto Adhitya ;

    Ya ini bahan evaluasi diri bagi kita, khusunya saya guru. Memang tidak dipungkiri masih ada sebagian dari kita yang lupa.
    9 jam yang lalu · Suka · 1

    Hari Santoso Motivator

    terima kasih pak :Kang Mono Tea, Gunawan Kasparov, Imam Basshori, Sutanto Adhitya....pak Gunawan ,saya juga mengelola youth center yang biasanya dijadikan tempat curhat siswa ...sehingga saya mencoba melukiskan dampak negatif bagi guru dan siswa,disa...Lihat Selengkapnya
    8 jam yang lalu · Suka · 1

    Kang Mono Tea

    Kang Hari Santoso Motivator...saya sering ke daerah-daerah... dan menemukan siswa dengan potensi yang baik tapi secara finansil tidak mampu...ini tanggung jawab saya dan kawan-kawan untuk mencerdasakan bangsa...bukan mengejar setoran...
    Saya sangat mengapresiasi aktivitas kang hari...mudah-mudahan kita bisa ketemu ya .
    8 jam yang lalu · Suka · 1

    Hari Santoso Motivator

    amin semoga pak Kang Mono Tea,saya ingin belajar banyak dari bapak..
    sekitar satu menit yang lalu · Suka

    BalasHapus
  3. iya, sebenarnya jd guru itu gampang, tapi untuk jadi pendidik yang sebenarnya tidak lah gampang.

    www.islamiccenterr.blogspot.com

    BalasHapus