
Sesungguhhnya orang-orang yang
memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka
tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang
mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, Maka mintalah perlindungan kepada
Allah. Sesungguhnya Dia Maha mendengar lagi Maha melihat. QS Al Mukmin :56
Indikator esensial ;seorang guru memiliki perilaku yang
berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.
“Kami sering jengkel dengan perilakunya kank...!,habis mereka menganggap
kami bukan anak orang kaya,yang sekolah pakai SKTM lah,sekolah tidak bayar lah
,padahal ketika sekolah ini sepakat menerima kami semestinya keberadaan kami
diakui dan kami patut dihargai
sebagaimana siswa lainnya. Jadi buat apa kami menghormati guru seperti itu.....”,keluhan
siswa SMA kepada saya .
Tidak hanya siswa ,saya
pikir guru bersangkutan pun jika diremehkan sedemikian oleh pihak otoritas
pasti jengkel,kecewa ,marah dan merasa terhina,sementara kadang dengan pihak
otoritas tidak memiliki keberdayaan untuk melawan,dapat dipastikan makin
memperkeruh suasana hati. Dan sikap yang diambil mungkin sama seperti siswa yang tak dihargai .. “ buat apa menghormati orang seperti tidak menghargai orang lain...!”.
Bisa jadi juga memicu dendam yang berkepanjangan,karena sulit memaafkan. Apalagi peserta didik yang semestinya
mendapatkan kasih sayang dan dihargai.
Guru yang memiliki perilaku tidak
bisa menghargai siswa sesungguhnya guru yang memiliki persoalan dalam dinamika
psikologi kepribadiannya yakni konsep diri yang salah,menganggap dengan
meremahkan orang lain,peserta didik dirinya akan ditakuti padahal justru
sebaliknya. Bisa jadi guru bersangkutan memiliki rasa kurang percaya diri
terhadap kondisinya sehingga menggunakan mekanisme kompensasi meremehkan
peserta didik. Salah satu alasan nya adalah menganggap siswa adalah anak yang
tidak tahu apa –apa ,”jadi perlu diberitahu tentang eksistensi dirinya”. Dan sering
kali guru yang seperti ini masih menggunakan paradigma “kuno” yang bisa saja
dulu dirinya pernah diberlakukan begitu (modus :trauma/balas dendam ),dulu
bapak jauh lebih dari yang saat ini kamu hadapi....!”.
Memaksakan kehendak kepada
peserta didik dengan metode kuno yang menyakitkan hati siswa bukan saja tidak
membuat simpati melainkan malah membenci
bahkan meremehkan guru
bersangkutan .Karena sudah tentu banyak perbedaan dan perlawanan ,karena anak
saat ini hidup pada zamannya bukan zaman ketika guru bersangkutan menjadi anak
anak.
Beberapa reaksi peserta
didik terhadap perilaku guru yang meremehkan siswa;
·
memilih diam dan meninggalkan guru bersangkutan sebelum guru tersebut
selesai bicara peserta didik menganggap tidak ada gunanya meladeni guru seperti
itu.
·
Ada yang secara terus terang melawan
lantaran memang siswa bersangkutan tidak bersalah.
·
Agresif pasif artinya mencelakai gurunya dari belakang,tanpa sepengetahuan
gurunya siswa melakukan /menghendaki guru tersebut mendapatkan bencana atau
dicelakai.
·
Siswa membicarakan perilaku guru
bersangkutan tanpa sepengetahuannya .
·
Melaporkan kepada kepala sekolah,merekam kejadian dan di unggah ke youtube sampai menjadi
perbincangan masyarakat banyak . dsb
Setiap anak pada dasarnya
memiliki respons untuk menghargai gurunya selama guru bersangkutan dapat
menghargai peserta didik dan menunjukkan perilaku yang memang patut dihargai. Agar
memiliki kewibawaan seorang patut menata paradigma tentang arti pendidikan ;
1. Seorang pendidik
adalah yang mendedikasikan pemikiran,hati dan perilakunya untuk kepentingan
terbaik siswa siswinya,hanya dengan menerima kondisi keberagaman siswa ,seorang
guru dapat menumbuhkembangkan potensi yang tersembunyi dalam diri siswa.
2. Terimalah
saran ,perbedaan pendapat,gaya bicara dari siswa siswi anda dan tugas guru
berikutnya adalah mengarahkan sesuai dengan nilai nilai universal tentang budi
pekerti. Mengingat siswa saat ini tidak banyak mendapatkan
pengetahuan,pengalaman,dan teladan tentang budi pekerti dari orang tuanya
maupun lingkungan masyarakat.
3. Seorang guru
yang berkepribadian mantap tidak akan mencampur adukan antara persoalan pribadi
dengan tugas profesi serta tidak boleh membawa perasaan tidak nyamannya ke ruang
kelas .Apapun persoalannya seorang guru dituntut memiliki kendali emosi ,dan patut di sadari bahwa siswa bukan ajang
kompensasi kekecewaan.
4. Jika
memang ingin mengarahkan,memperingatkan dan membimbing siswa gunakan cara dialog yang persuasif agar siswa
dapat secara logis menerima arahan yang diberikan ,lakukan dengan sabar karena
mengubah perilaku siswa itu butuh
kesabaran.
5. Kadang pendapat
siswa tidak harus diterima,atau dituruti ,mereka hanya butuh didengarkan atau
dimengerti dengan demikian siswa bersangkutan sudah merasa dihargai
pendapatnya.
Kuncinya
sederhana: Janganlah anda berpikir bahwa dengan meremehkan peserta didik anda akan
makin terhormat. Namun sebaliknya hormatilah peserta didik agar dirinya menempatkan
anda pada posisi yang patut dihormati,bukankah perilaku siswa adalah cerminan
perilaku hasil didikan gurunya...!
Respon dari grup FB SiGi Garut
BalasHapusKang Mono Tea ;
Masya Allah...koq masih ada guru masih punya karakter seperti ini.
Bagi guru generasi di IKIP era tahun dibawah tahun 1990.. bagaimana posisi kita, seingat saya kita bagian dari mereka. (Ingat ketika mengajukan beasiswa SUPERSEMAR, PPA, KMI..karena kita tidak mampu)...
Saya mengajar sudah hampir 25 tahun..saya harus berhadapan dengan peserta didik dari daerah terpencil dan terbelakang...tapi mahasiswa ini punya potensi yang tinggi... sebagai pendidik saya harus memberikan perlakuan secara khusus ini mahasiswa seperti ini..Alhamdulillah,mereka sudah berhasil... dan mereka tidak melupakan alamamter nya..dan para alumni ini, juga yang senantiasa memberikan bantuan bagi adik kelas nya yang tidak mampu...kita mendidik, bukan mengajar yang mengejar setoran...
Dari Grup FB SEGI Garut
BalasHapusGunawan Kasparov :
asli nih ceritera di atas kang Hari Santoso Motivator, kaya di sinetron aja..... klo pake contoh bukan guru bisa ga? misalnya pelatih atau apa lah.....
20 jam yang lalu · Suka · 1
Imam Basshori:
memang masih ada beberapa guru yg tingkah lakunya tidak/belum memcerminkan kompetensi seorang guru, contoh saja di sekolah saya, ada seorang guru yg menggunakan bahasa daerah yang dianggap (sebenarnya kurang sopan) dan hal tersebut di perhatikan/disimak oleh anak didik. pada akhirnya anak didik akan ikut2 dgn bahasa guru tersebut. Yg akhirnya imbasnya kepada guru yg lain
12 jam yang lalu · Suka · 1
Sutanto Adhitya ;
Ya ini bahan evaluasi diri bagi kita, khusunya saya guru. Memang tidak dipungkiri masih ada sebagian dari kita yang lupa.
9 jam yang lalu · Suka · 1
Hari Santoso Motivator
terima kasih pak :Kang Mono Tea, Gunawan Kasparov, Imam Basshori, Sutanto Adhitya....pak Gunawan ,saya juga mengelola youth center yang biasanya dijadikan tempat curhat siswa ...sehingga saya mencoba melukiskan dampak negatif bagi guru dan siswa,disa...Lihat Selengkapnya
8 jam yang lalu · Suka · 1
Kang Mono Tea
Kang Hari Santoso Motivator...saya sering ke daerah-daerah... dan menemukan siswa dengan potensi yang baik tapi secara finansil tidak mampu...ini tanggung jawab saya dan kawan-kawan untuk mencerdasakan bangsa...bukan mengejar setoran...
Saya sangat mengapresiasi aktivitas kang hari...mudah-mudahan kita bisa ketemu ya .
8 jam yang lalu · Suka · 1
Hari Santoso Motivator
amin semoga pak Kang Mono Tea,saya ingin belajar banyak dari bapak..
sekitar satu menit yang lalu · Suka
iya, sebenarnya jd guru itu gampang, tapi untuk jadi pendidik yang sebenarnya tidak lah gampang.
BalasHapuswww.islamiccenterr.blogspot.com