Minggu, 28 Maret 2010

Tasbih, tahmid dan takbir ,dalam perspektif Psikologi.


Tasbih, tahmid dan takbir ,dalam perspektif Psikologi.


Suatu saat ibu Prihatina ditinggal meninggal oleh suaminya yang seorang pejabat dengan segala fasilitasnya. Dengan meninggalnya sang suami secara otomatis lenyaplah semua fasilitas dan penghormatan kepadanya. Apalagi masih harus menangung kedua anak yang masih sekolah dan kuliah.Schok ,sangat jelas,hidup yang bisa dilayani saat ini harus berbalik menjadi lebih susah.

Semenjak ditinggal suami , rasa benci kepada diri sendiri tak bisa dihindari. Penyesalan karena tidak memanfaatkan ijasah sarjana saat suami masih jaya menambah pilu hatinya.Bahkan perasaan benci terhadap ibadah ritual yang berbuah “derita” membuat makin marah pada takdir Allah. Tentu saja kemarahan dan kebencian ini bukan saja merusak diri sendiri tapi juga anak-anaknya. Memang Prihatina harus belajar mengatasi fase ,denial dan kemarahan atas musibah.


Selang seratus hari kematian suami dia mulai menyadari bahwa hidup harus terus berjalan .penyesalan memang boleh saja dialami,tapi tidak boleh larut berkepanjangan. Maka mulailah melamar pekerjaan kepada relasi relasi suami. Berbekal ijasah S1 Mangement berharap bisa memperoleh pekerjaan. Namun yang terjadi sebaliknya semua lamaran banyak yang ditolak.
Hari demi hari ditekuni melamar kesana kemari. Namun tetap saja usia 35 tahun tidak punya pengalaman tentu kalah bersaing dengan yang muda –muda. Pekerjaan tidak didapat yang terjadi malah disergap perasaan tidak berharga dan tidak percaya diri.


Ketika kepenatan hati mulai melanda , beristirahatlah dia disebuah warung untuk minum teh sekedar melepas lelah. Sayup sayup pemilik warung memutar “dakwah Intelektual “yang saya sampaikan melalui stasiun radio. Saat itu saya beri judul ,”Tasbih ,tahmid dan takbir dalam perspektif psikologi “. Yang pada saat ibu Prihatina ini mendengar uraian saya “ Bahwa jika Allah berniat meningkatkan kualitas hidup hambanya, maka dilekatkan pada hamba itu berbagai ujian dan cobaan. Karena itu tidak pantas kita silau pada kemilau nya dunia.Karena hanya Allah yang Maha Suci, Subhanallah.hanya Allah yang Maha Terpuji, Alahamdulliah dan hanya Allah yang maha besar, Allahu Akbar”.

Tiba tiba ibu ini mengirim SMS boks yang telah disediakan oleh radio tersebut mengatakan “ saya terharu dan sekan bangun dari mimipi buruk setelah mendengar uraian saya”. Tentu saja saya bersyukur dan berterimakasih karena pesan saya direspon.


Selang dua tahun saya malah sudah lupa materi materi yang saya bawakan. Namun saat saya diundang menjadi pembicara diacara wali murud Sekolah Islam ternama, saya terkejut didatangi seorang ibu yang mengucapkan terima kasih karena telah berhasil mengatasi “krisis” yang menimpa dirinya. Saat ini beliau adalah pengusaha butik yang berhasil dikota Batu .Putra sudah sarjana dan yang bungsu sekolah ditempat itu . sembari mengisahkan rangkaian yang telah saya ceritakan tadi.
Apa makna tasbih ,tahmid dan takbir bagi kehidupan anda ?

1 komentar:

  1. SUBHANALLOH.....hanya DIAlah ALLAH SWT tempat bergantung setiap hambaNYA ....dan DIA pula yang memberikan kehidupan

    BalasHapus