Selasa, 28 Juli 2009

Rosulullah tidak ingin di istimewakan,bagaimana dengan anda ?



Dalam sebuah perjalanan.Rosululllah bersama sahabat bersepakat memotong kambing buat makan bersama.

Masing masing sahabat mengambil tugas masing masing.Mulai dari menyembelih menguliti sampai memasaknya.Semua berebut ingin bergotong royong.

Demikian juga Rosulallah tidak tinggal diam, ingin ambil bagian”Adapun tugasku adalah mengumpulkan kayu bakar “

Para sahabat serempak menjawab:”Jumlah kami cukup banyak untuk mengerjakan semua urusan, wahai rosulullah”.

Beliau segera menjawab pula :”Aku pun tahu hal itu. Namun, aku tidak senang mengistimewakan diriku atas kalian.Sesungguhnya Allah membenci hamba Nya yang mengistimewakan diri terhadap saudara saudaranya”.

Kemudiaan rosullullah pun mengumpulkan kayu dan membawa dengan tangannya sendiri .( Kahl al Bashar).

Alasan orang mengejar jabatan dikarenakan agar mendapat kedudukan yang istimewa,dihadapan kawan apalagi lawan.

Sehingga melupakan tugas utama seorang pemimpin yaitu sebagai abdi atau pelayan. Akibatnya akan menimbulkan persoalan baru yaitu mencetak pengikut manipulatif. Laporan ABS, omzet semu, survei pesanan atau apapun yang penting menyenangkan atasan. Agar dirinyapun bakal dipilih sebgai orang yang diistimewahkan oleh atasannya.Sebuah lingkaran setan yang tak mudah diputus.


Namun teladan Rosululullah menyadarkan kita arti kebersamaan dan pelayanan.

Bagi pengikut atau bawahan pemimpin yang tidak minta diistimewakan dapat meningkatkan rasa cintanya, emotional bonding. Karena pemimipin dianggap dapat menghayati perasaaan senasib bukan lantaran pidatonya “saya bisa merasakan apa yang saudara rasakan !“,melainkan benar benar mengalami sendiri sehingga bisa merasakan.

Keberadaaan pemimpin yang ikut terlibat dalam proses penyelesaian masalah dapat memberikan semangat untuk menyelesaikan masalah ,sense of goal. Dengan demikian keberadaan pemimpin menemani persoalan umatnya akan dianggap bukti serius dari kesungguhan memperhatikan perbaikan nasib.Sekaligus akan dapat menyeimbangkan antara harapan dan rasa takut menjadi harapan dan dukungan dari pemimpin dalam menghadapi persoalan.

Beranikah anda tidak hanya duduk dibelakang meja ketika rakyat/bawahan anda sedang sibuk menghadapi persoalannnya ,yang juga merupakan tanggung jawab anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar