Jumat, 21 Agustus 2009

Mengeruk Keuntungan Saat Orang Susah




“Adapun orang yang pelit, merasa kaya dan mendustakan kebaikan, maka akan Kami persulit hidupnya. Hartanya tidak akan membela mereka ketika mereka dalam keraguan.” QS Lail 8-11.

“Sesungguhnya orang orang mengambil harta Allah dengan cara yang tidak benar, maka baginya neraka pada Hari Kiamat “. HR. Bukhari,Kitab Fardh Al Khamsi.

Dari kitab Bihar Al Anwar .

Imam Ja’far ash-Shadiq ingin mengembangkan usahanya melalui bidang perdagangan.Karena itulah ia menyerahkan seribu dinar kepada Mushadif seraya berkata ;”Bersiaplah dengan modal itu untuk berdagang di Mesir ‘

Bersama rombongan dagang lainnya tibalah diperbatasan Mesir. Saat hendak memasuki wilayah kota bertemulah dengan pedagang yang baru keluar dari Mesir.Dari informasi yang didapat ternyata penduduk sedang kehabisan dan membutuhkan barang yang mereka bawa.Betapa senang rombongan dagang ini,mereka bersepakat berkoalisi menaikan barang setinggi tingginya agar pofit margin nya tinggi.

Mereka masuk ke kota Mesir dengan bangga hati dan jual mahal karena barangnya memang sangat dibutuhkan. Ya meskipun tidak jarang mereka menjual di pasar gelap.

Sepulang dari Mesir, Mushadif langsung pulang ke Madinah dengan hati riang gembira karena keuntungan yang diraih berlipat ganda.

Ketika menyerahkan modal beserta keuntunaganya kepada Imam,ia ditanya bagaimana caranya mendapatkan keuntunagan sebanyak itu.Dan Mushadif pun menceritakan apa adanya.

Selanjutnya Imam berkata: “Subhanallah kalian berkoalisi untuk tidak menjual barang kecuali denagan harga yang sangat tinggi”.Kemudian dia menagambil seribu dinar saja, sedang keuntunagan diserahkan semuanya kepada Mushadif.

Ia berkata: “ Ini adalah modal saya,saya tidak memerlukan keuntunagan itu”.”Kiranya mengahadapi peperanagan(kilatan pedang)adalah lebih ringan daripada mencari rezeki yang halal”.

Saudaraku, memang kelihatannya permainan harga itu milik mekanisme pasar atau pedagang. Terlebih pada barang kebutuhan pokok dan komoditas ,dimana rakyat tidak berkutik. Maka peran pemerintah selaku pelindung rakyat semestinya dapat memainkan peran strategisnya. Jangan sampai rakyat menderita karena pemerintah tidak tegas.

Perilaku tertawa diatas penderitaan orang lain itu bukan hanya milik pedagang. Namun milik semua orang yang memiliki kewenangan strategis.

Anggota Dewan dan pemerintah,jika kebijakan yang dikeluarkan tidak berdasar fakta dan realita di masyarakat. Bukan saja penderitaan yang dirasakan rakyatnya namun juga makin menyengsarakan. Lucunya masih banyak anggota dewan dan pejabat yang bangga denagan segala macam tunjangannya.Padahal hal itu didapat dari keringat ,darah dan airmata rakyatnya.

Public service dan dunia pendidikan. Menganggap bahwa masyarakat tidak memiliki bargaining power maka perilaku oknum pejabat serta staff nya tidak jarang semena mena . Baik dalam urusan rupiah maupun layanan . Lupa bahwa gaji dan tugasnya hanya untuk jadi pelayan masyarakat abdi negara.Namun berapa banyak yang menyadarinya, dikarenakan sistem kepagaiawain tidak memiliki key performance indicator ,KPI yang berpihak pada standart layanan berkualitas.

.Khususnya dunia pendidikan terutama pendidikan tinggi,idealisme mencerdaskan kehidupan bangsa dikalahkan oleh kepentinagan kepentinagan yang tak jelas. Banyak orang memajang gelar dan membanggakan gelarnya namun minus dalam rasa kebangsaannya. Terutama membantu masyarakat miskin untuk mengenyam pendidikan berkualitas.

Bangga dan senang dengan sertifikasi profesional namun tidak jelas tugas yang diembannya , ingat dana APBN mencapai 60, triluun tanpa target hasil yang signifikan minimal satu tahun anggaran.

Lantas pendidikan untuk siapa jika uang negara yang diguanakan untuk membiayainya tidak dapat mengakomodasi rakyat Negeri ini..... ?

Rasanya kita patut berlindung kepada Allah dari tertawa tidak pada tempatnya yaitu bergembira diatas derita orang lain. Bagaimana dengan anda...?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar